Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah mulai diterapkan pada sekolah-sekolah di Indonesia sejak tahun 2006. Jika diterapkan mulai pada tingkat kelas awal, maka saat ini paling tidak di SD sudah
sampai pada siswa kelas 2, SMP kelas 8, dan SMA/SMK pada siswa kelas 11. Hal yang berbeda dari KTSP dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia sebelumnya adalah kurikulum tersebut dikembangkan oleh satuan pendidikan sendiri. Pengembangannya dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, tetapi tetap mengacu pada standar nasional pendidikan. Pemerintah menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai acuan yang harus diikuti setiap satuan pendidikan. Pemerintah telah mengupayakan pelaksanaan KTSP ini melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, pelatihan pengembangan, maupun penataran-penataran pada tingkat nasional maupun daerahdaerah, sehingga sampai saat ini kurikulum tersebut sudah tersebar cukup merata di sekolah-sekolah.
Banyak keraguan tentang pelaksanaan kurikulum tersebut di lapangan pada awalnya. Seperti dikatakan Prof. Mansyur Ramly, Kepala Balitbang Depdiknas (2007) yang menjelaskan seiring dengan diberlakukannya KTSP, pada masa transisi ini banyak sekolah yang belum menerapkan kurikulum buatan sendiri. Kendalanya, banyak guru yang tidak tahu bagaimana menyusun kurikulum model KTSP. Oleh karena itu, lanjut Ramly, sambil menunggu kesiapan guru dan tenaga pelaksana di
lapangan, Balitbang Depdiknas telah menyediakan dua paket kurikulum model KTSP, yakni model umum yang berisi kerangka acuan dan model kurikulum lengkap yang langsung bisa diaplikasikan di sekolah. Dijelaskan bahwa banyak guru yang kebingungan dengan model KTSP karena sudah lama guru menerima kurikulum dalam bentuk jadi dari pemerintah pusat. Padahal, KTSP menuntut kreativitas untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal. Sekarang, setelah berselang masa selama 2 tahun, bagaimana kondisi di lapangan? Apakah sekolah dengan kreativitas gurunya sudah mengembangkan kurikulum secara mandiri? Kalau belum, apakah masalahnya sama seperti yang ditengarai itu? Bagaimana kemungkinan solusi dari masalah tersebut?

Ramly (2007) mengatakan bahwa pada prinsipnya model KTSP bukan
kurikulum baru, hanya modifikasi dari model kurikulum yang sudah ada. Jadi bukan berarti kita ganti kurikulum. Targetnya pada 2008 semua sekolah sudah bisa menyusun kurikulum model KTSP ini. Pernyataan ini merupakan tantangan untuk dijelaskan sampai sejauh mana target ketercapaiannya saat ini. Selain itu, pernyataan ini merupakan paradoks yang kenyataannya kurikulum diganti tetapi dikatakan tidak ganti atau sekedar ganti nama saja. Apakah paradoks tersebut terjadi di lapangan
atau bagaimana pendapat guru terhadap pelaksanaan kurikulum itu?
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Kurikulum tidak akan bermakna, jika tidak diterapkan dalam
pembelajaran dan sebaliknya, pembelajaran tidak akan efektif jika tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan (Sanjaya, 2008). Ini berarti bahwa pembelajaran yang efektif dari segi produk maupun proses harus didasarkan pada acuan berupa kurikulum yang tepat, sesuai dengan perkembangan psikologi, teori belajar, teknologi informasi, maupun penemuan di bidang-bidang pengetahuan. Prinsip pembelajaran dalam KTSP mendasarkan pada sejumlah prinsip yang termuat pada
PP No. 19 tahun 2005 yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memberi ruang yang cukup untuk pengembangan prakarsa, kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran harus mendorong siswa untuk aktif sesuai dengan gaya belajarnya, guru perlu kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajarannya. Bagaimana kenyataan di lapangan
setelah pemberlakuan KTSP, apakah guru terdorong untuk berusaha
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan, yaitu pembelajaran yang mengaktifkan siswa? Apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat? Pertanyaanpertanyaan itu yang berusaha dicari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan.
Masalah krusial lain yang berkaitan dengan KTSP adalah pelaksanaan ujian nasional (UN). Marcellino (2007) mengatakan bahwa KTSP yang dibuat sesuai kreativitas guru, dan kondisi muatan lokal sangat kontradiktif dengan penyelenggaraan ujian nasional (UN). Prinsip UN yang sentralistik, justru menghambat otonomi sekolah dalam mengembangkan kurikulumnya. KTSP juga menyesuaikan dengan konteks kultural dari sekolah itu berada dalam komunitas tersebut. Atas dasar ini, bobot mutu pendidikan yang direalisasikan pada suatu mata pelajaran tertentu, dari satu sekolah tertentu dengan kondisi finansial tertentu akan berbeda dengan sekolah lain di daerah lain dengan kondisi finansial yang lain pula.
Pemahaman ini yang memicu sekolah untuk memprioritaskan pada aspek hasil dari ujian nasional daripada aspek manfaat atau proses pendidikan yang diselenggarakan.
Apalagi kondisi sekolah yang bervariasi dalam sarana prasarana ataupun sumber daya semakin menguatkan kontradiksi itu. Sebenarnya bagaimana kenyataan di lapangan? Apakah ujian nasional dan penetapan standar kelulusan memberi dampak pada penekanan kegiatan pembelajaran di kelas? Pertanyaan-pertanyaan itu yang akan di jawab dalam pembahasan tulisan ini.

Tulisan ini mendeskripsikan hasil pengamatan dan wawancara terhadap
beberapa sekolah di Surabaya, Sidoarjo, Tuban, Mojokerto, Jombang, Gresik, Lamongan, dan Bangkalan. Sasaran observasi tidak dilakukan secara purposive sampling, karena tujuannya menggali informasi secara kualitatif pelaksanaan dan kendala-kendala yang dihadapi sekolah. Sekolah tersebut terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang meliputi SD, SDLB, SMP, SMPLB, MTs, SMA, MA, dan SMK sebanyak 40 sekolah. Pembahasan ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif yang lebih bersifat kualitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder
dari laporan hasil observasi dan wawancara oleh mahasiswa S1 Jurusan Matematika
angkatan 2004 dan 2005 pada tahun 2007 dan 2008. Data hasil studi ini dianalisis
dengan tahapan, yaitu reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data mentah di lapangan.
Pemaparan data meliputi pengklasifikasi dan identifikasi data, yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. Menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan menverifikasi kesimpulan tersebut.

Pertanyaan penelitian yang diajukan meliputi (1) Apakah sekolah sudah
menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan KTSP 2006? Jika belum, apa saja kendalanya; (2) Apakah RPP yang disusun guru menunjukkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa (inovatif); (3) Apakah guru melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang dirancang?; (4) Apakah guru sudah menerapkan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa? Berapa persen dari seluruh kegiatan belajar mengajar (KBM)
yang dilakukan?; (5) Bagaimana cara penilaian yang dilakukan?; (6) Untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM), apakah dianalisis sesuai dengan pedoman pada KTSP 2006? Jika tidak, mengapa demikian?; (7) Bagaimana sarana dan prasarana sekolah itu?; (8) Apakah adanya ujian akhir nasional (UAN) dengan penetapan skor tertentu memberi dampak pada penerapan pembelajaran inovatif?
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi KTSP di
beberapa sekolah, pelaksanaan pembelajaran berdasar KTSP, dan penilaian, serta dampak ujian nasional yang berkaitan dengan proses pembelajaran bagi sekolah.
Penelitian ini tidak menggeneralisasi tentang pelaksanaan KTSP di suatu wilayah, tetapi memberikan gambaran/deskripsi pelaksanaan beberapa sekolah yang menjadi sasaran penelitian.
PENGELOLA BLOG INI

Benny Arifin Tiro
A.Akhmad Faizal S.Pd.
Admin

Anni Hidayati Sanggala,S.Pd.
Co. Admin 1

Kasmirah, S.Pd.
Co. Admin 2
E-Mail : sditellobaru@gmail.com