PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJARSISWA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PELAJARAN
IPA KELAS II SD INPRES TELLO BARU KECMATAN PANAKKUKANGMAKASSAR
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PELAJARAN
IPA KELAS II SD INPRES TELLO BARU KECMATAN PANAKKUKANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri bahwa yang turut menentukan sikap, mental,perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah pendidikan, pengalamandan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui mereka sejakkecil. Jika diijinkan saya mengutip sebuah kalimat indah atau kata bijakyang dikemukakan oleh Carla Rinaldi dalam 30 Kiat Mencetak AnakKreatif Mandiri (2006.5), “Kesuksesan dalam pendidikan anak
sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan denganlingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan padainteraksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua”. Kalimat di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru.Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik,apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dankomunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatanpembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalammengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuanpendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
sejak dini bergantung pada apakah pendidikan itu dapat berhubungan denganlingkungan belajar di rumah dan di sekolah. Hal itu di dasarkan padainteraksi dan komunikasi antara anak, guru dan orang tua”. Kalimat di atas saya hubungkan dengan kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh guru.Suatu kegiatan pembelajaran akan sangat bermakna bagi peserta didik,apabila kegiatan pembelajaran tersebut mengutamakan interaksi dankomunikasi yang baik antara guru dan peserta didiknya, artinya kegiatanpembelajaran yang dilakukan merupakan tempat bagi peserta didik dalammengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga tujuanpendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana.
Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalamimasa kematangan. Pada usia delapan tahunnormalnya anak berada padajenjang kelas dua atau tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagaibentuk pengalaman baik dari guru ataupun lingkungan sekitar akan denganmudah mereka terima.
Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalahguru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, gurumempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yangberada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulangsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaranyang di dalamnya mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan danteknologi serta penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan jugatauladan.
Lebih jelasnya saya paparkan peran guru seperti yang dikemukakan olehtokoh pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantara, yaitu :
1. Ing ngarsa sung tuladha.
Artinya bahwa seorang guru harus menjadi contoh yang baik. Baikdalam konteks pribadi maupun dalam lingkungan sosial. Guru harusmenjadi ihsan yang memiliki integritas sehingga dapat diterima dilingkungannya.
2. Ing madya mangun karsa.
Guru diposisikan sebagai seorang motivator. Setiap gerak, perbuatan danperkataan seorang guru harus berkaitan dengan upaya menumbuhkanminat danin t eres t siswa terhadap sesuatu yang baru dan baik.
3. Tut wuri handayani.
Seorang guru merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang kuat.Guru secara terus-menerus harus selalu memberikan sumbangan yangpositif kepada dunia pendidikan. Guru tidak hanya memberikan suatupengawasan, tetapi juga selalu memantau perjalanan akademik danpsikis siswa.
Jika dilihat dari paparan diatas, maka tugas yang di emban oleh gurumemang sangat berat, namun sangatlah mulia. Untuk itu, sudah selayaknyaguru memiliki berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugasnya, agarmenjadi guru yang profesional. Apalagi dengan berkembangnya ilmupengetahuan dan teknologi, guru sebagai komponen utama dalampendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi atau bahkan diharapkanmampu melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiyangberkembang di masyarakat. Melalui sentuhan-sentuhan guru di sekolah,diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensitinggi dan siap menghadapi tantangan hidup yang semakin keras. Guru danjuga dunia pendidikan pada umumnya diharapkan mampu menciptakansumber daya manusia yang berkualitas baik secara keilmuan maupun secarasikap mental yang positif.
Untuk itu, dalam proses pembelajaraan, metode, strategi atau kegiatanpembelajaran yang dilakukan oleh guru seyogyanya adalah sesuatu yangbenar-benar tepat dan bermakna, untuk memperoleh hasil yang maksimalsesuai dengan tahap perkembangan anak, maka strategi yang guru gunakan dalam menyampaikan sesuatu, baik yang berupa penanaman sikap, mental,perilaku, kepribadian maupun kecerdasan harus tepat sasaran, tujuhkecerdasan peserta didik sedapatnya harus dikembangkan secaraproporsional.
Yang sangat kita khawatirkan dan harus dihindari adalah jangan sampaimasa-masa keemasan anak tersebut malah terbalik, justru menjadi masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode ataumodel pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuaidengan masa perkembangan anak.
Jika membicarakan anak atau peserta didik, salah satu masalah yang seringdijumpai dalam dunia pendidikan kita adalah tentang prestasi belajar siswa.Masalah ini sepertinya menjadi momok yang cukup menakutkan bagipelaku-pelaku pendidikan kita. Baik itu pemerintah, satuan pendidikan,termasuk guru dan siswa juga terkait dalam hal tersebut, namun yang palingberhubungan dengan masalah itu adalah guru dan siswanya.
Menurut Wilhelm Maxt Wundt, seorang ahli psikologi menyatakan bahwapendidikan adalah masalah respons dari stimulus luar. “Ketidaktahuan akansesuatu adalah penyakit yang dapat disembuhkan, pendidikan direduksimenjadi sebuah modifikasi behavioral”. Dari pernyataan Wundt tersebut,dalam hal ini, guru sebagai orang yang memberikan stimulus. Guru yangsecara langsung bertanggung jawab terhadap bagaimana cara meningkatkanprestasi belajar siswanya, harus benar-benar kreatif dalam mengemas danmendesain proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.Artinya guru dapat menerapkan berbagai cara yang baik sebagai stimulusbagi siswa agarkekurangan yang dimiliki oleh siswa yang dianggap Wundtsebagai penyakit dapat disembuhkan dengan cara yang guru lakukan.
Berdasarkan pemasalahan diatas, peneliti akan mencoba menerapkan modelpembelajaran tematik dalam pelajaran IPA di kelas II SD. Karena menurutKunandar dalam Guru Profesional (2007 :331) model pembelajaran tematikmerupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapamatapelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.
Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalamsebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu. Misalnya, sambil belajarmenyanyi seorang anak belajar alfabet. Atau sambil belajar mengenal hewania juga belajar mewarnai.
Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak merasa sedangmempelajari satu mata pelajaran saja. Hal itu diharapkan agar peserta didikdapat memperoleh berbagai pengetahuan atau keterampilan hanya dalamsatu pertemuan saja.
Agar tujuan dari proses pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yangdiinginkan, maka guru sebelumnya harus benar-benar mengerti dan pahamtentang model pembelajarantematik, memahami cara menerapkan modelpembelajaran tematik, mengerti konsep dari tematik, agar dalam aplikasinyatidak terjadi kekeliruan sehingga berpengaruh pada keluaran “hasil” bagipeserta didik.
Menurut Kunandar (2007 :315), model pembelajaran tematikmemiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama.
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dikelas II SD Muhammdiyah Negeri Sukonandi karena mengingat bahwa SDtersebut merupakan salah satu SD favorit di kota Yogyakarta . Peneliti inginmengetahui sekaligus membuktikan apakah model pembelajaran tematik merupakan salah satu langkah yang digunakan guru di SD tersebutdapatmeningkatkan prestasi belajar para siswanya, sehingga SD tersebutmendapatkan predikat favorit dan dapat menghasilkan peserta didik yangbenar-benar berkualitas serta memahami materi ajar. Tujuan akhirnya adalahagar peserta didik dapat mengaplikasikan apa yang dipelajarinya, agar dapatmenyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam kehidupansehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat ditentukan adalah sebagai berikut :
1. Pengalaman belajar siswa yang kurang mendukung terciptanya kemauan belajar siswa.
2. Rendahnya prestasi belajar siswa.
3. Kurangnya minat guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat.
4. Kurangnya kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang tepat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah daripenelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswadengan menerapkan model pembelajaran tematik pada pelajaran IPA diKelas II SD Muhammadiyah Negeri Sukonandi Yogyakarta.
D. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas maka perumusan masalah yang dapat penelitirumuskan adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran tematikdapat meningkatkan prestasi belajar siswa.”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini peneliti bagi menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan umum
Sebagai motivasi bagi guru agar mau melaksanakan model pembelajarantematik dan mendorong minat belajar siswa karena menggunakan modelpembelajaran yang menarik.
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran tematik prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SD Muhammadiyah Negeri SukonandiYogyakarta Kecamatan Umbulharho Yogyakarta ini menurut penelitimemiliki beberapa manfaat, yaitu
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus sebagaipengetahuan untuk mengetahui upaya meningkatkan prestasi belajarsiswa melalui model pembelajaran tematik.
2. Bagi Guru
Jika hasil penelitian ini dirasakan dapat membantu proses pembelajaranmenjadi lebih baik, maka diharapkan dapat dijadikan sebagai bahanpertimbangan para guru agar dapat menerapkan model pembelajarantematik sebagai usaha memperbaiki dan menyempurnakan prosespembelajaran.
3. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa meningkat
4. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.
G. Batasan Istilah.
1. Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987: 767 ) menyatakan bahwa
“prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurutkemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yangdikerjakan atau dilakukan“. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajaryang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki danditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diriseseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasibelajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
2. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orangsupaya diketahui (diturut),ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran“an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, caramengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian pembelajaran dapatdiartikan secara khusus, berdasarkan aliran psikologi tertentu.Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut sebagai berikut:Menurut psikologi daya pembelajaran adalah upaya melatih daya-dayayang ada pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam atau lebihberfungsi. Sedangkan menurut psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan strukturkognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaranadalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkanuntuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untukbelajar (Darsono, 2001: 24-25).
3.Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75). Definisi laindari model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaranyang lebih sederhana serta mempunyai tingkat presentase yang bersifatmenyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitas dengan hanyamemusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya(Simamarta, 1983: ix – xii).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
Menurut Adi Negoro, prestasi adalah segala jenis pekerjaan yang berhasildan prestasi itu rnenunjukkan kecakapan suatu bangsa, sedangkan menurutW.J.S Purwadarminto ( 1987: 767) menyatakan bahwa “prestasi belajaradalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak padawaktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan“.
Berdasarkan pendapat diatas, penulis berkesimpulan bahwa prestasi adalahsegala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yangmemuaskan.
Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah “suatu proses usaha yangdilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yangbaru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalaminteraksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel (1996:53),berpendapat belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsungdalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dannilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” SelanjutnyaWinkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu buktikeberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukankegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Kemudian Hamalik (1983:2), mendefinisikan belajar adalah “suatupertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalamcara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikanpengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalamusaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurangmemuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketigakriteria tersebut.”
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatanbelajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasimerupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajarsecara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri.Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbedaitu dapat kita temukan satu titik persamaan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakantingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak danmenilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalammempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atauraport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Pengertian lainnya, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapaimenurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai denganperkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yangdiperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapatdinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
B. Tinjauan Tentang model pembelajaran Tematik
A. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan implementasi dari Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaanpembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu landasanfilosofis, psikologis, dan yuridis.
Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembanganpengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorangindividu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. MenurutYunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yangmemberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.”
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokokpembicaraa” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar(2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankanberbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran,tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satukesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didikdan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaranuntuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek prosesatau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi,pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakantema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa matapelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebutdengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usahauntuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilaipembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yangmenggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaransehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didikakan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melaluipengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yangtelah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaranyang menolak proses latihan/hafalan(drill ) sebagai dasar pembentukanpengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran inidimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yangmenekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna danberorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatanpembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajarsambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolakdari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersamapeserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan.
Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) Pesertadidik mampume mpelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
dasar antar mata pelajarandalam tema yang sama;
3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik denganmengkaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi pesertadidik;
5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas;
6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapatberkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatukemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajarimatapelajaran lain;
7) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikansecara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalamdua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untukkegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri.
Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar;
2) Kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai denganpermasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan
6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi matapelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karenatumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswamampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materipembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakantujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapatpengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula.Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaankonsep akan semakin baik dan meningkat.
Karena pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancangberdasarkan tema-tema tertentu, maka dalam pembahasannya tema ituditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapatditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika.Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, sepertiIPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dankedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yangsangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalampendidikan. Unit yang tematik adalahepitome dari seluruh bahasapembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktifmenjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasaingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitarmereka.
Keuntungan pembelajaran tematik bagi guru antara lain adalah sebagai berikut:
1. Tersedia waktu lebih banyak untuk pembelajaran. Materi pelajarantidak dibatasi oleh jam pelajaran, melainkan dapat dilanjutkansepanjang hari, mencakup berbagai mata pelajaran.
2. Hubungan antar mata pelajaran dan topik dapat diajarkan secara logis dan alami.
3. Dapat ditunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yangkontinyu, tidak terbatas pada buku paket, jam pelajaran, atau bahkanempat dinding kelas. Guru dapat membantu siswa memperluaskesempatan belajar ke berbagai aspek kehidupan.
4. Guru bebas membantu siswa melihat masalah, situasi, atau topik dari berbagai sudut pandang.
5. Pengembangan masyarakat belajar terfasilitasi. Penekanan padakompetisi bisa dikurangi dan diganti dengan kerja sama dankolaborasi.
Adapun keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada hasil belajar.
2. Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum dan menyediakan pendekatan proses belajar yang integratif.
3. Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa – yang dikaitkandengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka didorong untukmembuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab padakeberhasilan belajar.
4. Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan di luar kelas.
5. Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide, sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
B. Kaitan Pembelajaran Tematik dengan Standar Isi
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan BadanStandar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan IIISD pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Matapelajaran yang harus dicakup adalah :
1. Pendidikan agama,
2. Pendidikan kewarganegaraan,
3. Bahasa Indonesia,
4. Matematika,
5. Ilmu pengetahuan alam,
6. Ilmu pengetahuna sosial,
7. Seni budaya dan keterampilan, dan
8. Pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan.
Dalam pembelajaran tematik, standar kompetensi dan kompetensi dasaryang termuat dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karenasifatnya masih minimal. Sesuai dengan petunjuk pengembangankurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar itu dapatdiperkaya dengan muatan lokal atau ciri khas satuan pendidikan yangbersangkutan.
C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA
Carin (1985) mendefinisikan IPA sebagai sistem pengetahuan alam semestamelalui pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi daneksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk (1990) mendefinisikan IPAsebagai, (1) proses menguji informasi yang diperoleh melalui metodeempiris, (2) informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakanpelatihan yang dirancang secara logis, dan (3) kombinasi antara prosesberfikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakansuatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam bentukkumpulan konsep, prinsip, teori dan hukum. IPA dapat dipandang sebagaiproduk yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui metodeilmiah, dan dapat juga dipandang sebagai proses yaitu sebagai pola berfikiratau metode berfikirnya. Sedangkan sikap yang dibutuhkan dalam metodeilmiah berupa sikap ilmiah yang antara lain berupa hasrat ingin tahu,kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun, terbuka, dan penuhtanggung jawab.
D. Tinjauan Tentang Siswa
Menurut Yaumil Achir, dalam Reni Akbar-Hawadi (2001 : 39), menguraikanbahwa fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada duniaakademis dan intelektual. Untuk periode ini, yang menonjol adalahbanyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakanrepresentasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental,baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung.
Menurut Syaiful bahri Djamarah (2005:51), anak didik adalah setiap orangyang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yangmenjalankan kegiatan pendidikan.
Menurut Sutari Imam Barnadib, dkk (dalam Syaiful bahri Djamarah,
(2005:52), bahwa anak didik mempunyai karakteristik tertentu, takni :
1. Belum mempunyai pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik (guru),
2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,
3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secaraterpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi,kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakangsosial, latar belakang biologis serta perbedaan individual.
E. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, dalamproses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA guru memberikansebuah tema. Seperti contoh diatas, tema yang disampaikan adalah tentangbinatang. Berdasarkan tema tersebut guru mengaitkannya dengan beberapamata pelajaran lainnya, seperti bahasa indonesia , matematika, pendidikanagama dan kerajinan tangan dan kesenian, atau dapat juga dihubungkandengan mata pelajaran yang lainnya. Dengan melakukan hal tersebut,diharapkan siswa dapat berpikir secara divergen. Siswa dapat melatihkemampuan berpikirnya, berpikir kritis, melatih keterampilan dankreativitasnya. Sehingga dapat menambah pengetahuan siswa, dalam waktuyang bersamaan siswa dapat belajar beberapa mata pelajaran sekaligus, yangdiharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model PenelitianTindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti melakukan observasi dalamkegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas.
Menurut Kasihani Kasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakansalah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yangdilakukan untuk memperbaiki dan dan atau meningkatkan mutupembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yanglangsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitiantindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas danbertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Menurut Suharsimi Arikunto, dkk, (2007:3),bahwa penelitian tindakankelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupasebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelassecara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau denganarahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan beberapa definisi oleh para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tindakan kelas adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau arahandengan tujuan dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitaspembelajaran.
B. Desain Penelitian
Menurut S. Nasution (2006:23), desain penelitian merupakan rencanatentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakansecara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.
Model penelitian pada penelitian ini merujuk pada proses pelaksanaanpenelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart, Suharsimi Arikunto(2007:16-19), yang meliputi menyusun rancangan tindakan (planning),pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi(reflecting).
Kegiatannya divisualisasikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Proses penelitian tindakan
Keterangan :
1. Perencanaan
2. Tindakan dan observasi I
3. Refleksi I
4. Rencana revisi
5. Tindakan dan observasi II
6. Refleksi II
C. Pengembangan dan Pengkajian Instrumen Tindakan
1.Putaran pertama atau siklus I
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan model pembelajaran tematik direncanakan beberapa kegiatan, yaitu :
1) Pembuatan persiapan pembelajaran tematik pelajaran IPA kelas II SD.
2) Observasi
Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pembelajaran tematik.
3) Identifikasi permasalahan dalam pembelajaran tematik
Kegiatan ini dilakukan agar mengetahui permasalahan apa yangakan dihadapi oleh siswa dan dapat menentukan caramenyelesaikan masalah tersebut.
4) Menentukan cara atau metode dalam melaksanakan pembelajaran tematik.
5) Menyusun rencana penelitian
Pada tahap ini peneliti menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus tindakan kelas.
b. Tindakan dan observasi I
1) Kegiatan awal
Pretes : Guru bertanya kepada siswa, pertanyaannya adalah sebutkan tiga jenis makhluk hidup yang hidup dibumi.
2) Kegiatan inti
a) Guru menampilkan gambar-gambar binatang, binatang tersebut adalah kuda, sapi, badak, kambing, dan rusa.
b) Siswa menyebutkan nama-nama binatang tersebut.
c) Siswa menghitung jumlah binatang yang ada pada gambar.
d) Siswa mewarnai gambar binatang yang telah disiapkan oleh guru.
e) Guru menampilkan sebuah puisi yang berjudul kuda.
f) Guru memberikan contoh cara membaca puisi dengan intonasi yang tepat.
g) Siswa membaca puisi secara bersama-sama.
h) Beberapa orang siswa maju untuk membacakan puisi tesebut dengan gaya masing masing.
i) Guru memberikan penjelasan bahwa sebagai sesame makhluk ciptaan Tuhan, kita sebagai manusia harus selalumenyayangi semua ciptaannya. Salah satunya adalahmenyayangi binatang.
3) Kegiatan akhir
Pemberian postes
Siswa diberi tugas untuk menuliskan lima ekor binatang peliharaan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
c. Refleksi I
Dalam kegiatan refleksi ini, peneliti melakukan diskusi dengan guruuntuk melihat kendala yang dialami siswa dalam pembelajarantesebut, dan mencari solusi bagaimana cara yang tepat untukmengatasi kendala tersebut. Yang terpenting, dalam refleksi inipeneliti melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan,apakah telah sesuai dengan rancangan skenario yang telah dibuat.Jika ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan maka perluadanya rancangan ulang berupa perbaikian, modifikiasi dan atau jikadirasakan sangat perlu, maka akan disusun skenario baru untukmelakukan siklus berikutnya.
2.Putaran kedua atau siklus II
Putaran kedua atau siklus II dilakukan apabila apa yang dilakukan padaputaran pertama belum sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, apabilabelum juga berhasil maka akan dilanjutkan dengan putaran berikutnya.
D. Subjek penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas II SD
Muhammadiyah Negeri Sukonandi, Kabupaten Umbulharjo Yogyakarta
E.Setting Penelitian
Setting penelitian ini adalah lingkungan kelas tempat subjek melakukan
kegiatan pembelajaran.
F .Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode observasi
Metode observasi yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatuobjek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian inimenggunakan observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukandengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.
2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan olehpewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalampenelitian ini wawancara yang dilakukan adalah adalah wawancarabebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan terpimpin.Dalam melakukan wawancara., pewawancara membawa pedoman yangmerupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
G.Instrument Penelitian
Menurut Suharsismi Arikunto (1998:151), instrument penelitian adalah alatatau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agarpekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebihcermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Dalam penelitian ini digunakan instrument penelitian berupa pedoman
observasi dan pedoman wawancara.
1. Pedoman observasi
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkintimbul dan akan diamati. Pedoman observasi dibuat peneliti dengandikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancarasemi struktur, yaitu mula-mula interview menggunakan sederetanpertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian dari pertanyaan-pertanyaantersebut satu persatu diperdalam guna mengorek keterangan lebih lanjut.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitiann ini dilakukan dengan cara induktif.Menurut Noeng Muhadjir (1992), analisis induktif adalah mengenali dataspesifik dari lapangan menjadi unit-unit kemudian dilanjutkan dengankategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermaknayang telah dipilih seta disusun dalam satu kesatuan tersebutdifokuskan/ditonjolkan pada hal-hal yang penting sehingga dapatmemerikan gambaran tajam tentang hasil observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini kegiatan analisis dilakukan dengan cara mengelompokkan data yang diperolah dari guru kelas dan guru bidang studi.
DAFTAR PUSTAKA
http://elmuttaqie.wordpress.com/2008/11/18/pengertian-dan-hakekat-
pembelajaran/
http://ktiguru.blogspot.com/2008/07/pembelajaran-tematik.html
http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/09/implikasi-pembelajaran-tematik/
http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/07/arti-penting-pembelajaran-tematik/
http://re-searchengines.com/rustanti30708.html
http://smamda.sch.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=26&
http://ktiguru.blogspot.com/2008/07/pembelajaran-tematik.html
http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/09/implikasi-pembelajaran-tematik/
http://mgmpips.wordpress.com/2008/04/07/arti-penting-pembelajaran-tematik/
http://re-searchengines.com/rustanti30708.html
http://smamda.sch.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=26&
temid=9
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/model-pembelajaran-tematik-kelebihan-
dan-kelemahannya/
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=323
Kunandar. 2007. Guru Profesional.Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta
http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=323
Kunandar. 2007. Guru Profesional.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.
Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian.